Tuesday, January 28, 2014

Melihat dari sudut pandang Kaum Gay

Di suatu pagi sebelum saya berangkat bekerja, saya dikejutkan dengan sikap seseorang yang merupakan penghuni kamar kos di sebelah saya. Meskipun kami telah tinggal satu atap lebih dari satu bulan, saya dan beliau hampir tidak pernah berbicara atau melakukan pendekatan keakraban layaknya tetangga yang baik. Mungkin karena sibuknya pekerjaan saya dimana saya harus pergi kerja jam 08:00 dan pulang Jam 09:00 pada malam hari, membuat hubungan silahturahmi kami semakin menjauh. Sikapnya pada pagi itu sangat membuat saya tidak nyaman karena beliau tampak sinis memandang saya, sangat tidak bersahabat sekali. Saya sebagai orang yang baru saja pindah ke tempat kost tersebut merasa sedih sambil berkata , apakah kesalahan saya sampai beliau bersikap seperti itu?.

Setelah kejadian itu saya merasa ada sesuatu yang tidak mengena dengan sikap beliau. Sebagai informasi selain dirinya terdapat juga seorang lelaki yang tinggal satu kamar dengan beliau, banyak berspekulasi mereka ini adalah pasangan gay. Dilihat dari perawakannya sih saya mengiyakan saja spekulasi-spekulasi tersebut. Saya merasa memang ada yang “tidak beres” dengan mereka berdua ini sehingga hati saya merasa harus “jaga jarak” agar tidak dicurigai juga mempunyai sifat yang “menyimpang” seperti mereka. Meskipun saya Gay, jujur saya paling tidak bisa dekat orang yang mempunyai orientasi seksual yang sama. Entah mengapa sikap mereka kepada saya selalu negatif dan cenderung mengajak perkelahian. Saya mencoba untuk menghindar sebisa mungkin berteman dengan orang yang mempunyai kelainan seksual.

Namun satu kejadian merubah cara pandang saya terhadap mereka ini. Seperti biasanya pada pagi hari saya berangkat bekerja salah satu dari mereka keluar kamar dan memandang sinis terhadap saya. Saya yang merasa gugup mencoba mencairkan suasana dengan tersenyum dan berpamitan untuk berangkat bekerja kepada beliau. Apa reaksinya? Beliau tersenyum dan menyambut pamit saya tersebut, saya sangat senang akhirnya usaha persahabatan saya diterima dengan baik. Pemikiran saya meskipun tak sepenuhnya telah berubah terhadap kaum homoseksual, paling tidak terhadap mereka berdua ini.

Saya berpendapat jika ada seorang Gay bersikap tidak bersahabat disebabkan karena kurangnya komunikasi yang berakhir pada kesalahpahaman. Kaum Gay adalah mahkluk yang unik, meskipun secara fisik mereka adalah pria, namun sikap dan perasaan mereka sama seperti wanita. Sehingga sangat sensitif dan ingin dimengerti. Inilah yang menurut saya sangat susah, karena kebanyakan orang normal akan menganggap kaum homoseksual sebagai seorang pria namun dengan perawakan yang menyimpang.
Saya pernah membaca buku, dimana dalam buku tersebut dikutip suatu frasa yang diucap oleh Atticus, tokoh karakter dari film To Kill A Mockingbird karya Harper Lee. Begini frasanya:

Kau tidak pernah bisa memahami seseorang sebelum kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya, hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya

Dari frasa tersebut dapat saya terapkan suatu sikap terhadap kaum gay, yaitu melihat dari sudut pandangnya. Saya sering melihat pasangan gay yang saling care satu sama lainnya, menangis atau mesra di depan umum bukan hal yang tabu oleh mereka, bahkan berpelukan kini sering saya lihat halte-halte busway. Saya paham sifat dan mental mereka yang terlalu sensitif, oleh karena itu saya  terus berusaha menjaga sikap dan cara bicara jika berhadapan dengan mereka. Sifat sensitifitas mereka itu sering disebabkan oleh kejadian-kejadian sedih masa lalu, sebagai contoh dibilangin bencong satu sekolah, disodomi,dibuli karena bersikap layaknya perempuan atau dikucilkan oleh lingkungan sekitar. Oleh karena itu saya mencoba bersabar jika ada dari mereka bersikap kurang bersahabat terhadap saya.

Disisi lain saya pernah diceritakan teman-teman saya untuk jangan pernah berhubungan teman dengan kaum gay, mereka itu pembunuh berdarah dingin jika sudah marah, ungkap mereka. Apa benar demikian? Pikiran saya. Well, bukan cerita baru bahwa kaum gay adalah kaum yang sangat rentan menggunakan kekerasan jika terjadi perselisihan. Contoh yang paling heboh adalah kasus si Rian penjagal dari Jombang itu, lihat saja berapa orang yang bunuh dia yang kebanyakan dipicu oleh kecemburuan dalam hubungan pacaran. Seram sekali bukan? Ketika saya masih kuliah, saya juga sering menyaksikan perkelahian sesama pasangan gay ini, ada yang sampai silet menyilet, lempar-lempar hanphone, pukul-pukulan, maling-malingan sampai ancam-ancaman. Pokoknya ekstrim dan super seram.

Kaum Gay susah untuk diajak main-main kalau elu gak mengaku bahwa elu bagian dari mereka, contohnya gue, sering sekali saya dimusuhi oleh teman kantor/teman kos yang disuspisi sebagai “gay” karena saya dianggap anti-Gay atau paling tidak dianggap tak mau berteman dengan orang-orang”sakit” itu. Bukan apa-apa sikap saya yang “sombong” terhadap mereka bukan karena saya sombong, tapi memang karena saya takut. Ya ketakutan-ketakutan saya itu seperti yang saya jelaskan sebelumnya : takut dianggap gay sama yang lainnya dan takut dibunuh oleh gay. Meskipun begitu saya begitu menikmati fisik-fisik seorang gay, rata-rata mereka itu tampan, tinggi, bersih,atletis, pandai cari uang dan terlihat ekslusif, gak seperti saya (he..he..he ngaku nie). Saya pernah jalan-jalan ke Mcdonald di Sarinah, Jakarta pada malam minggu. 

Katanya itu tempat merupakan sarangnya kaum PLU se Indonesia, apalagi pada malam minggu, keluar dah itu orang-orang “sakit” plus kucing-kucing liar penjaja seks. Kesan pertama saya, wow seperti surga dunia, banyak pengunjung itu restoran kekar-kekar, tinggi-tinggi, bersih-bersih, tampan-tampan , pokoknya top deh!. Tapi saya gak pasti juga itu mereka homo atau tidak, tapi kalau dilihat dari cara berpakaianya yang sangat modis itu, saya yakin mereka ini kaum PLU. Satu yang saya perhatikan , kalau membentuk perkumpulan rata-rata kaum gay ini sangat pilih-pilih. Kalau satu tampan, gengnya semua tampan. Kalau satunya tinggi dan atletis, semuanya tinggi dan atletis. Tapi ada juga yang saya lihat satu “melambai” dan jorok, semuanya “melambai” dan dekil, idih amit-amit, kalau grup terakhir ini kayaknya gak perlu diikutin deh soalnya mereka suka gak bisa jaga diri, pernah kejadian di busway mereka ini teriak-teriak bak banci kaleng di taman lawang, terus goda-godain abang penjaga pintu busway, aduh ampun dah mereka membuat orang ilfil jadinya sama kaum PLU.

Saya jujur belum bisa bergabung dengan perkumpulan-perkumpulan kaum gay ini karena takut dan belum siap menghadapi sifat-sifat mereka yang bermacam-macam. Mungkin hanya sikap mengerti dan memahami yang dapat menjembatani saya kepada teman-teman Gay, tapi untuk gabung I have to say No Way! (at least for now, we never know tommorow...who knows?)

No comments:

Post a Comment

Followers